Monday, May 6, 2013

Permainan Tradisional



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang teknologi memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menjalankan rutinitas. Namun disisi lain, kemajuan teknologi juga berdampak buruk bagi perkembangan anak. Hal ini tak lain karena terlupakannya nilai-nilai leluhur. Contoh nyata adalah terlupakannya permainan tradisional. Tak sedikit anak – anak jaman sekarang yang melupakan permainan tradisional seperti permainan ular tannga, angklek dan permainan tradisional lainnya. Sulit mengharapkan mereka mau kembali mengenal permainan tradisional, karena disamping teknologi yang tinggi dan tidak sederhana, permainan ini terkesan kuno. Namun sebenarnya banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari dari setiap permainan tradisional itu. Kemampuan menghitung dan mengenal bilangan dapat dikembangakan melalui permainan ular tangga tersebut.

B.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tulisan ini adalah sebagai berikut :
  1. Keterkaitan permainan ular tangga dengan konsep matematika pada anak taman kanak – kanak.
  2. Peranan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran matematika.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Permainan Ular Tangga
Permainan ular tangga diciptakan pada abad ke–2  sebelum masehi dengan nama “Paramapada Sopanam” (Ladder to Salvation).  Dikembangkan oleh pemuka agama Hindu untuk mengajarkan anak-anak mengenai “penghargaan”. Ular merepresentasikan “keputusan yang buruk dan jahat”, sedangkan tangga melambangkan “keputusan yang bermoral dan baik”. Permainan ini masuk ke Inggris pada tahun 1892, dan pada tahun 1943 namanya diubah menjadi “Chutes and Ladders” oleh Milton Bradley di Amerika untuk dikomersialkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga). Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut. Pada zaman dulu, banyaknya anak-anak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer di masyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat berinteraktif jika dimainkan bersama – sama.  
Pada permainan ular tangga, medan permainan adalah sebuah papan atau karton bergambar kotak-kotak biasanya berukuran 10x10 kotak. Tiap kotak diberi nomor urut mulai dari nomor 1 dari sudut kiri bawah sampai nomor 10 di sudut kanan bawah, lalu dari kanan ke kiri mulai nomor 11 baris kedua sampai nomor 20 dan seterusnya sampai nomor 100 di sudut kiri atas. Kotak-kotak tertentu berisi gambar yang mengandung pesan atau perbuatan. Ada pesan atau perbuatan baik, ada yang buruk. Pesan atau perbuatan baik biasanya diganjar dengan kenaikan ke kotak yang lebih tinggi lewat tangga, sedangkan pesan atau perbuatan buruk dihukum dengan penurunan ke kotak lebih rendah melewati ular. Karena itu dinamakan Ular Tangga. Menurut  Arinil Janah dalam laporannya menyatakan bahwa tidak ada bentuk standar dari papan ular tangga. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Di bawah ini adalah gambar dari salah satu papan ular tangga.

Gambar 1 : papan ular tangga dengan dadu dan bidaknya.
Permainan sederhana namun mengasyikkan ini tersebar di seluruh dunia dan umumnya memiliki ciri yang sama dengan nama yang umumnya merupakan terjemahan dari kata ular dan tangga dalam bahasa masing-masing. Dalam bahasa Inggris misalnya dinamakan Snakes-and-Ladders.
Ada beberapa aturan dalam penggunaan media permainan ular tangga menurut pendapat Rahman (2010) diantaranya adalah:
1.      Semua pemain memulai permainan dari petak nomor 1 dan berakhir pada petak nomor 100. 
2.      Terdapat beberapa jumlah ular dan tangga yang terletak pada petak tertentu pada papan permainan.
3.      Terdapat 1 buah dadu dan beberapa bidak. Jumlah bidak yang digunakan sesuai dengan jumlah pemain. Biasanya bidak menggunakan warna yang berbeda untuk setiap pemain, tidak ada aturan tertentu untuk jenis bidak yang harus digunakan.
4.      Panjang ular dan tangga bermacam-macam, ular dapat memindahkan bidak pemain mundur beberapa petak, sedangkan tangga dapat memindahkan bidak pemain maju beberapa petak. 
5.      Sebagian dari ular dan tangga adalah pendek, dan hanya sedikit tangga yang panjang.  Pada beberapa papan bermain terdapat ular pada petak nomor 99 yang akan memindahkan bidak pemain jauh ke bawah.
6.      Untuk menentukan siapa yang mendapat giliran pertama, biasanya dilakukan pelemparan dadu oleh setiap pemain, yang mendapat nilai tertinggi ialah yang mendapat giliran pertama.
7.      Semua pemain memulai dari petak nomor 1.
8.    Pada saat gilirannya, pemain melempar dadu dan dapat memajukan bidaknya beberapa petak sesuai dengan angka hasil lemparan dadu.
9.    Bila pemain mendapat anggka 6 dari pelemparan dadu, maka pemain tersebut mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu dan memajukan bidaknya sesuai dengan angka yang diperoleh dari pelemparan dadu terakhir.
10.  Boleh terdapat lebih dari 1 bidak pada suatu petak.
11.  Jika bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung kaki tangga, maka bidak tersebut berhak maju sampai pada petak yang ditunjuk oleh puncak dari tangga tersebut.
12.  Jika bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung ekor ular, maka bidak tersebut harus turun sampai pada petak yang ditunjuk oleh kepala dari ular tersebut. 
13.  Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang pertama kali berhasil mencapai petak 100. 

B.       Keterkaitan Media Pembelajaran, Konsep Matematika, dan Permainan Ular Tangga
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang  pikiran, perasaan, dan kemauan untuk terjadinya proses belajar. Dengan media siswa mendapat banyak informasi sehingga meteri akan semakin jelas dan mudah dimengerti. Selain itu, media juga dapat mengurangi keterbatasan guru atau buku dan meningkatkan daya tarik terhadap materi yang sedang diajarkan sehingga siswa lebih berminat untuk belajar. Khusus dalam materi yang termasuk Ilmu Pengetahuan Alam, dengan menggunakan media pembelajaran dapat mengurangi kebosanan menghafal, kesulitan menjelaskan peristiwa atau gejala alam, dan kesulitan mendapatkan gambaran yang jelas tentang flora, fauna, jenis zat tertentu, dan lain – lain. Dalam pembelajaran matematika, digunakannya media yaitu agar dapat menjembatani antara konsep – konsep matematika yang abstrak menjadi lebih kongkrit, sehingga anak dapat memahami matematika yang disajikan oleh guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Novarina menjelaskan penggunaan permainan ular tangga dalam pembelajaran terbukti dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam memahami konsep bilangan 1 sampai 10 pada anak – anak Taman Kanak – Kanak. Peningkatan  ditandai dengan meningkatnya kelancaran menyebutkann urutan bilangan 1 sampai 10, menunjukkan benda untuk bilangan 1 sampai 10, memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 10.
Penggunaan media permainan ular tangga sebagai media pembalajaran dapat digunakan sebagai salah satu  alternative untuk dapat mengembangkan kemampuan  mengenal konsep bilangan. Guru dapat menggunakan media permainan ular tangga yang direkomendasikan dalam pembelajaran metematika di Taman Kanak – Kanak yang merupakan permainan yang disukai anak – anak karena cara memainkannya yang sangat mudah dan menarik. Menurut Nining Sriningsih mengungkapkan secara umum bahwa media permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa dan sosial. Keterampilan berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosakata naik turun, maju mundur, ke atas – ke bawah, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan ini di antaranya kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran. Keterampilan kognitif matematika yang terstimulasi yaitu menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan konsep bilangan.



No comments:

Post a Comment